JANGAN PERGI
Perpisahan telah usai dan dirinya sudah siap untuk berpisah dengan ku, sementara aku sendiri tidak tahu siap atau tidak melepasnya. Mungkin ini adalah ujian yang harus aku buktikan. I’ll spend my days without you.
Waktu itu, tepat tanggal 22 Juni 2009. Saat itu, aku dan VB lagi di suruh oleh Pak Sawal mengkoreksi nilai. Kebetulan waktu itu anak kelas IX di suruh datang kesekolah untuk membagikan ijazah dan formulir serta ada beberapa pengumuman dan pengarahan Dari wakasek. Pada saat itu aku sedang sibuk, jadi aku tidak bisa menyempatkan diri untuk bertemu dengannya. Aku hanya melihat dari jendela sanggar anak kelas IX ramai berkumpul. Dengan tergesah-gesah aku menyelesaikan pekerjaan ku.
Setelah selesai aku pun langsung mencarinya. Pertama di perpustakaan tapi tak ada, lalu di setiap kelas dia ku cari bahkan di kantin luar sekolah juga ku cari, tapi tetap saja tak ada. Akhirnya aku menemui Fandi yang kebetulan masih menunggu gilirannya mengambil formulir. Ternyata aku terlambat, fandi memberitahu ku bahwa arief telah pulang karena dia akan mengurusi kepindahannya ke Palembang . Air mata ku langsung menetes setelah mendengar berita itu. Bagaimana tidak, tanpa memberitahu ku dan tanpa sepengetahuan ku pun dia langsung pergi begitu saja. Apalagi fandi mengatakan bahwa arief lama akan kembali karena barang-barang nya sudah di bawa ke Palembang . Aku langsung berlari menemui Vb dan Bu Beti, aku mengatakan apa yang di katakana oleh fandi tadi pada mereka. Dengan air mata yang terus menetes tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk ku. arief sudah pergi, Bu Beti juga memberitahu ku bahwa dia tadi sempat berpamitan kepada Bu Beti dan ingin berpamitan dengan ku tapi aku lagi sibuk.
Aku menjauh dari semua orang dan pergi kekelas VII-2, di sana aku menangis sendiri. aku mencoba menghubungi aroef tapi nomor HP nya selalu sibuk. Aku kesall.. mau marah tapi tak bisa. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. aku ingin arief kembali dan berpamitan dengan ku dulu sebelum dia pergi, namun kenyataan nya tidak seperti itu. VB dan Bu Beti terus mencari ku. Setelah menemukan aku menangis, mereka pun mencoba menenangkan aku. Tapi tetap saja aku tak bisa menangis. Bayangkan, aku menangis dari jam sepuluh sampai jam dua siang menunggunya yang tidak mungkin kembali. Akhirnya, VB dan Bu Beti kasihan melihat ku. Bu Beti mencoba menghubungi arief dan kemudian dia menyuruh arief untuk pulang lagi karena aku tidak bisa berhenti menangis. Padahal waktu itu, arief sudah ada di pertengahan jalan menuju rumahnya di Palembang dan sebentar lagi akan sampai. Aku kira dia tidak mungkin datang, Bu Beti dan VB sudah kelengahan menyuruh ku berhenti menangis dan akhirnya mereka keluar kelas. Aku di tinggal sendiri. Lalu, sekitar jam dua siang tiba-tiba seorang anak laki-laki datang mendekati aku. Ternyata itu arief. Dia langsung mendengar aku menangis. Kedatangan nya membuat ku semakin sedih. Aku marah dengan nya. Aku tidak menegurnya. Berulang kali di hapusnya air mata ku, berulang kali juga dia mengajak ku berbicara. Tapi aku tidak menjawab apapun. VB kesal melihat ku yang tadi ingin arief pulang tapi setelah pulang eehhh tak bicara sedikit pun. Hahaha… jika di ingat-ingat ya juga sih.
Setelah beberapa lama, akhirnya aku pun berhenti menangis. Ehh … si arief ikut-ikutan juga nih. Mungkin dia kebingungan dengan sikap ku yang seperi itu kepadanya. Lalu, aku pun memberanikan diri untuk bicara. Dengan nada suara yang gemetaran aku pun berkata “mengapa kau kembali? Mengapa tidak sekalian langsung saja pergi? Mengapa sebelumnya kau tidak memberitahu ku? mengapa kau seperti ini?” ehh.. akhirnya nagis lagi deh.. hahaha… arief pun menjawab dan menceritakan semua kejadian hari itu. Dia tidak sempat memberitahu ku karena aku lagi sibuk. Dia pergi karena mendadak besok dia akan mendaftar ke SMA barunya. Jadi dia tidak bisa memberitahu ku secepat mungkin. Walaupun di jelaskan nya sejelas mungkin, aku tidak akan pernah jelas dan tidak mau jelas. Aku tetap saja menyalahkan nya. Hahhaa… (dasar!).
Diam.. sekian lama kami diam. Lalu, dia mengambil HP ku dan memutar lagu itu. dia nyanyikan untuk ku. Tanpa sebab, air mata ku pun menetes lagi. Dia selalu saja membuat hati ku luluh. Aku tak bisa membencinya. Dia kemudian menghapus air mata ku. Dia menyuruh ku untuk berhenti menangis “air mata mu terlalu berharga untuk kepergian ku” katanya kepada ku. Umhhhh.. this is really so sweet.
Lama-lama aku kecapekan juga nih nangis. Hahaa.. akhirnya aku berhenti menangis. Aku membujuknya jangan pergi, tapi percuma. Semua kepindahannya sudah di urus oleh orang tua nya. Akhirnya Dia mengajak ku pulang dan dia tidak jadi pulang ke Palembang . Ditunda sampai akhir bulan Juni.
Tanggal 01 Juli 2009, terakhir kumpul dengan dia. Aku, VB, arief, dan teman-teman yang lain mengadakan sebuah acara di rumah fandi (dekat sekolah). Setiap melihat arief aku rasanya ingin menangis. Tapi tak mungkin aku harus menangis di saat yang tidak tepat seperti ini. saatnya kini aku harus mencoba merelakan kepergiannya besok. Yahh.. mungkin benar apa yang di katakan Bu Beti dan VB, aku harus mencoba beridir sendiri tanpa arief, karena aku bukan lah orang yang lemah.
Besok harinya, aku lewat di depan rumah nya. Kebetulan ruamh nya denkat dengan rumah yevi, jadi aku mampir tanpa alasan di rumah yevi. Melihat semua keluarga ramai di rumah nya berkumpul untuk melepas keberangkatan arief. Aku hanya melihatnya dari kejauhan dan tak mungkin juga aku ikut berpartisipasi di rumahnya yang sangat ramai itu. aku tak sanggup melihat dia pergi, lalu aku pun pulang.
Kini akhirnya dia pergi meninggalkan aku, dan tidak akan kembali lagi. Bulan depan dia baru akan pulang ke sini lagi, tapi itu waktu yang lama.
“I’ll always missing you, Mr. Item” L


0 komentar:
Posting Komentar